Sering aku temui ungkapan “LEMAH” atau “SIAPA BERANI” yang ditujukan pada kawan atau orang lain yang untuk ikut ngopi, atau ikut ngaji dengannya, bukankah ini berlebihan? Iya itu salah satu cara untuk mengajak, namun dalam perspektifku itu adalah ajakan yang bisa banget bahkan rawan menggelincirkan si pembujuk.
Si pembujuk akan merasa bahwa ia lebih baik daripada orang yang tidak berhasil ia bujuk untuk hadir dalam tempat menuntut ilmu, atau si pembujuk akan merasa lebih kuat karena mampu untuk melek sampai malam hari untuk nongkrong di warung kopi
Seberapa sering kita jumpai si pembujuk atau itu adalah diri kita sendiri? Yang merasa paling baik dari yang lain? Jika iya mari bersamaku ucapkan istighfar, Astaghfirullah..
Bisa jadi ada kawan yang tidak sedang membersamai kita duduk di dalam majelis ilmu karena ia juga sedang menghadiri majelis ilmu yang lain, atau dia sedang ada keperluan mendesak.
tugas kita bukanlah untuk memberikan penilaian terhadap orang lain itu dengan prasangka yang buruk hingga menyebabkan diri kita merasa lebih baik dari nya, namun tugas kita cukup memberikan pandangan prasangka yang baik pada temen temen yang belum bisa hadir dengan kita disini. Toh itu yang lah yang bisa kita lakukan, menyikapi keadaan dengan baik.
Komentar
Posting Komentar